Puton, Girimulyo, Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 57793
Menikmati suasana pedesaan di daerah yang masih alami, dengan kesejukan udara, dan keramahan warganya. Tentu menjadi sebuah pengalaman yang tak akan terlupakan. Ditambah kegiatan edukasi dengan membuat kerajinan yang mengasah kreatifitas diri, membuat liburan semakin penuh arti.

Payung raksasa yang berada di gerbang utama.
Tiket Masuk Sepapringan
Dana Sukarela
Sewa Rumah Bambu
Rp. 100.000/rumah
Sewa Permainan
Jemparingan: Rp 5.000
Balangan Pring: RP 5.000
Gelang Pring: Rp 5.000
Jam Buka Sepapringan
Senin – Minggu: Selalu Buka
Tiket Parkit Sepapringan
Sepeda Motor: Rp 2.000
Mobil: Rp 5.000
Sewa Lokasi Sepapringan
Rp 400.000
Ternyata baju dan selembar jaket yang Jejaka kenakan tak mampu menghalau dinginnya udara pagi. Kabut tipis menemani perjalanan dan tak henti-hentinya tangan serta kaki terus bergerak sendiri. Tubuh kami dipaksa untuk melawan dinginnya udara kala itu.
Kami pun belum memiliki tujuan yang pasti, dalam benak kami yang terpenting keluar dulu. Untuk lokasi mana yang akan dikunjungi itu urusan belakang. Hahahaha.
Setelah berkendara sekitar 2 jam, kabut yang menemani sudah tak terlihat lagi. Seketika Jejaka penasaran dengan papan nama yang ada di pinggir jalan. Jejaka pun memutuskan untuk mengunjungi tempat tersebut.
Masuk ke dalam sebuah gang yang jalannya tidak begitu lebar. Mungkin sekitar 4 meter dan sudah beraspal. Lahan persawahan, setia menemani saat menyusuri jalan ini.
Ditengah jalan Jejaka sempat bingung, saat menemui sebuah persimpangan. Jalan perkampungan kala itu masih sangat sepi, tidak ada warga yang bisa dijadikan tempat bertanya. Dan bisa ditebak, kami pun memilih jalan yang salah. Jalan menanjak yang sangat curam dan berujung dengan gang buntu. Berputar adalah salah satu pilihan. Kami pun mencoba jalur yang satunya.

Gapura Selamat Datang Menuju Lokasi Sepapringan
Setelah berjalan tidak begitu jauh, jejaka sudah sampai di sebuah gapura yang menyambut kami dengan tulisan “Sugeng Rawuh” yang berarti selamat datang. Ah ini sudah pasti arah yang benar dalam benak kami.
Menyusuri jalan perkampungan sekali lagi, sampailah Jejaka di tempat parkir yang memanfaatkan lahan pekarangan warga. Belum ada penjaga tiket atau pun petugas parkir. Hanya ada sebuah kotak yang bertuliskan dana sukarela.
Dari tempat parkir terlihat bambu-bambu (pring) yang disusun rapi membentuk sebuah gapura yang indah. Di tengahnya terdapat anak tangga memasuki tempat wisata ini. Loh ada anak tangga? Hehe Jangan kaget sobat Jejaka, karena lokasi wisata ini memang berada di perbukitan.
Menaiki beberapa anak tangga Jejaka menjumpai payung raksasa yang bertuliskan “Sepapringan”. Naik lagi sampailah jejaka di teras pertama yang terdapat bangunan joglo. Tempatnya sangat rapi dan berhiaskan ornamen kayu lama (lawasan), cocok buat sobat Jejaka yang gemar ber-swafoto. Rumput hijau nan segar semakin menambah asri tempat ini.
Tak berselang lama ada seorang bapak yang mendekati Jejaka dan menyapa kami dengan ramah. Namanya Bapak Zainal Arifin, tapi lebih suka dipanggil Mas Bro. Setelah perkenalan singkat, Jejaka pun diajak naik menuju teras kedua.

Salah satu spot foto yang berada di teras kedua
Diteras kedua ini lokasinya sedikit lebih luas. Terdapat beberapa gazebo yang sekaligus bisa digunakan untuk tempat menginap. Ada juga Aula yang sering dijadikan tempat menggelar acara. Dan semuanya terbuat dari bambu, inilah yang menjadi ciri khas di Sepapringan.
Selain itu, sobat Jejaka juga bisa menikmati beberapa wahana permainan tradisional. Seperti, jemparingan, balangan, lempar bola, lempar gelang, dan masih banyak lainnya. Sekali lagi, semua permainan tersebut berbahan dasar dari pring.
Seperti yang diutarakan Mas Bro, Sepapringan mempunyai konsep ”wisata edukasi dan kembali ke alam”. Di sini akan diajak mengasah kreatifitas sobat semuanya yang mungkin selama ini masih jauh terpendam. Seperti, merangkai payung bambu, membuat gerabah, latihan menari, berlatih musik tradisional serta membuat alat musik dari bambu. Dan tidak menutup kemungkinan, ke depannya akan lebih banyak lagi.
Oh ya fyi nih sob, pada saat-saat tertentu juga diadakan event pasar tradisional loh. Di sini sobat bisa merasakan berbelanja dan makan makanan tempo doeloe yang dijajakan oleh warga sekitar. Untuk membelinya juga terbilang unik. Sobat harus menukar uang dulu dengan sebuah koin yang terbuat dari bambu. Cukup sediakan Rp 2.500 setiap koinnya.

Suasana di teras pertama
Selain itu, Sepapringan juga menyediakan fasilitas lima rumah bambu bagi yang ingin menginap. Setiap rumah bambu bisa dihuni enam orang dewasa. Apabila anak-anak bisa diisi sepuluh orang. Penamaan tiap rumahnya pun juga unik, karena mengambil nama-nama dari unsur alam. Untuk biaya sewanya cukup murah, tidak berat dikantong. Lokasinya berada di tingkat yang paling tinggi.
Bagaimana buat sobat Jejaka yang hobinya nge-camp dengan membawa tenda sendiri? Tenang, sudah disediakan lokasinya juga kok. Untuk yang satu ini sobat Jejaka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk sewa lokasi, cukup membeli makannya di Sepapringan. So, Komplit kan!
Kalo untuk urusan mengisi perut, gak perlu khawatir. Di Sepapringan juga ada menu kuliner yang perlu sobat Jejaka coba. Soal rasa gak kalah kok sama menu yang ada di tempat lain. Semuanya tinggal pilih sesuai selera, pastinya tidak mahal dan sangat ramah di kantong.
Menginap di sini sangat cocok buat sobat Jejaka yang ingin menikmati suasana malam pedesaan, sekaligus merasakan udara sejuk khas pegunungan. Moment berkumpul dengan keluarga atau kerabat jadi makin akrab.
Apalagi panorama yang disuguhkan pun sangat memanjakan mata. Dengan sedikit melawan dinginnya udara malam di Perbukitan Ngargoyoso yang tak jauh dari kebun teh, demi melihat lukisan karya Tuhan di langit barat nan menawan.
Rute Menuju Lokasi Sepapringan
Dari Palur – Jalan Lawu – ambil Jurusan Karangpandan – Setelah terminal karangpandan sekitar 500m belok kiri – Ambil jurusan Kebun teh Kemuning – Gapura Kawasan Candi Sukuh belok kiri – 500 m belok kanan masuk gak perkampungan – lurus ikuti jalan kampung – sampai di lokasi